Press enter to see results or esc to cancel.

Pay It Forward : Kebaikan Harus di Teruskan..

Aku bisa membayangkan bagaimana kehidupanku sebelum mencapai masa-masa ini. Dulu, semuanya tidak ada yang baik, hanya hal-hal menyebalkan rasanya. Kini, aku merasa bahwa kebaikan itu dimana saja, bahkan dari hal-hal yang tidak aku sadari.

Kindness is spreading with understanding we all struggle

Saat kita dikelilingi oleh orang-orang baik, maka kita akan terpengaruh menjadi orang yang baik. Namun, bila kita berada dilingkungan yang buruk? maka kita akan terdistraksi secara sadar maupun tidak untuk melakukan hal yang sama.

Apa pendapatmu sama seperti itu juga?

Lalu, apa lingkungan yang positif dan negatif itu adalah keniscayaan — kondisi yang terbentuk dari keputusan ilahi yang terjadi tanpa campur tangan manusia? Atau ia bisa dibangun dan dibentuk dari habit orang-orang didalam dan disekitarnya?

Apa kamu pernah merasa hutang budi terhadap kebaikan seseorang karena pemberiannya yang tidak mungkin kamu balas? Pasti berat bukan, sebab hutang budi (moral duty) tidak akan pernah mampu lunas. Akan ada banyak hal; tempat; kesempatan kita merasa memiliki “hutang” budi / materi pada seseorang atas kebaikannya.

Ketika kesempatan yang sama datang padamu untuk membantu sang penolong yang dulu membantumu, kamu tentu bisa menuntaskan janji pada dirimu sendiri, membantu ia yang sudah membantumu. Namun, bila kesempatan itu tidak tersedia kepada sang penolong? Artinya kamu punya kesempatan menolong orang lain dengan cara dan kesulitan sama yang pernah kamu hadapi sebelumnya. Maka apa yang akan kamu lakukan? Menolong orang tersebut atau menunggu sang penolong yang dulu membutuhkan pertolonganmu?

Pay It Forward

Maka, secara model dari Pay It Forward, kamu tidak perlu menunggu untuk menolong orang yang sudah kamu tolong namun kamu bisa menolong siapa saja yang kamu mau. Hutang budi tidak harus membuatmu merasa diatur dalam berbagi kebaikan. Melalui Pay It Forward kamu tidak menjadi “terbatas” dalam menyebarkan kebaikanmu.

Pay It Forward secara definisi ialah melakukan suatu kebaikan dan kebermanfaatan kepada seseorang karena seseorang lainnya tlah memberikan kebaikan dan kebermanfaatan kepada kita. 

Kamu bisa memulai Pay It Forward dari hal terdekat yaitu lingkunganmu, bila kamu merasa adalah bagian yang buruk dari lingkunganmu yang buruk maka berusahalah menjadi bagian yang baik didalamnya. Kamu bisa memulai dengan menyampaikan harapan baik dan tujuan baik kepada circle mu, kamu bisa memulainya juga dengan berbagi tentang prinsip “Kebaikan Harus Diteruskan” dan “Kebaikan Itu Menular” agar teman-temanmu juga tahu bahwa kebaikan itu seperti pandemi, ia menular dan menjangkiti siapa saja; tak kenal waktu dan tempat.

Bila kamu, bisa mengambil bagian dari gerakkan kebaikan ini.

Kita semua akan bisa membayangkan bagaimana perubahan kecil yang kita lakukan berdampak besar kepada dunia ini? Mulai dari puluhan ke ratusan, ratusan ke ribuan, ribuan ke jutaan, jutaan ke miliaran, triliunan hingga ke tak terhitung kebaikan yang saling diteruskan setiap harinya, like a snowball.

Dan aku pun yakin. Melakukan kejahatan itu membuat seseorang lelah dan tidak bahagia karena harus melawan kekuatan terkekal didalam diri yaitu kekuatan nurani.

Sejahat-jahatnya seseorang dalam pandangan kita, ia di dalam hatinya merasa lelah selalu berada dalam lingkaran kejaharannya sendiri, menyimbang dari jalurnya. Ia ingin keluar dan menjadi bagian dari kebaikan, menjadi baik dan bahagia seperti orang-orang lain yang bahagia dalam kehidupannya.

Meski buruk atau berantakkannya suatu lingkungan itu di masa ini. Kita punya tanggung-jawab yang sama untuk merubahnya lebih baik untuk masa mendatang, setidaknya berkontribusi dalam perbaikan. Sebab kita perlu ingat, lingkungan yang sehat dan baik tidak hanya berdampak pada diri kita sendiri. Namun, juga punya imbal-balik luar biasa untuk masa-depan anak dan cucu kita.

Pepatah berikut benar adanya: Apa yang kita tuai, itu yang kita petik.

Hal-hal berguna yang kita lakukan hari ini, kita akan petik dimasa mendatang. Bila bukan kita, maka anak-cucu kita, cucu-cicit kita. Bilapun tidak mereka, setidaknya kita cukup percaya. Selalu ada masa pembalasan atas segala baik-buruk yang kita lakukan di dunia ini, terbalas di akhir nanti.

Prinsip berguna walau sedikit itu lebih baik daripada sikap majis, mengetahui yang terjadi namun tidak bertindak seolah tidak merasa bertanggung-jawab. Besar-kecil yang kita lakukan akan sangat berharga bagi orang yang membutuhkannya..

Secara kesadaran kita punya 3 level kesadaran dalam hidup dan itu berpengaruh penuh bagaimana kita bertindak dan berperilaku atas kesadaran kita.

Kesadaran magis, kesadaran yang kita merasa semua sudah sesuai takdir, baik dan buruk, susah dan senang, miskin dan kaya. Tidak ada insiatif merubah diri, percaya bahwa semua sudah digariskan. Effortless, tidak berusaha untuk perubahan.

Kesadaran naif, kesadaran diatas kesadaran magis. Kita merasa bahwa semua bisa diubah, kita bisa memperbaiki kondisi keluarga yang jatuh miskin, bisa ikut andil mengubah ketidak-adilan yang ada disekitar kita bahkan merubah perilaku buruk seseorang selama kita mau mengusahakannya. Namun, kita enggan bertindak, kita hanya menyadari itu salah namun enggan berbuat dan mewujudkannya.

Kesadaran kritis, kesadaran terbaik atas hal yang terjadi. Kita menyadari dan kita mengambil sikap, kita sudah mengetahui bahwa sekedar sadar tidak cukup merubah apa-apa maka kita perlu melakukan tindakan nyata sebagai bagian dari perwujudan kesadaran.

Kita semua punya bagian dan misi saat diciptakan, diberikan privilege & fasilitas lebih dari orang-orang yang underprivileged disekitar kita. So, what should we do? Stay cool or do action.

Lebih Baik Menjadi Seekor Semut Kecil Membawa Setetes Air Dibanding Menjadi Seekor Elang Gagah Namun Meninggalkan Kobaran Api.