Journey: Being Father is My Dream β¨
It’s been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini atas ketidaksengajaan. It’s honor this blog finds you.
Tulisan malam ini, lanjutan cerita tulisan sebelumnya dan bridging menuju apa yang lama sekali ingin saya sampaikan. Akhirnya, per tanggal 25 Juni saya menikah dengan Borte πΈπΌ sang pujaan hati dan salah seorang penulis di blog ini, saya bangga memperkenalkannya.
Usia pernikahan kami memasuki bulan ke-6, usia yang unyuk-unyuknya, ada aja bahan berantem tiap hari sebagai alasan kami untuk semakin akrab di masa-masa penjajakan dan kami lebih senang menyebutnya sebagai Honeymoon Stage. Yang siapapun akan alami, fase lagi enak-enaknya, semakin mengenal siapa sesungguhnya yang dipilihnya dan akhirnya mengalami Culture Shock. (you just know the truth). π
Being a Good Husband
Saat membayangkan menjadi seorang Suami, reflek saya membayangkan sewaktu dibesarkan sebagai seorang anak. Sedari anak ingusan, diarahkan oleh seorang ayah. Saya merasa tidak ajarkan menjadi lurus, dari Bapak maupun Mama, karena harus banyak ditekuk dalam perbaikan sikap, adab dan perilaku dimana dan dengan siapa saya hidup. Saya merasakan wibawa Bapak, saya takut dengan Bapak dibanding Mama meskipun yang paling rutin memberi seminar (Pengen bilang: Omelan) tentang kenakalan remaja dan hantaman itu Mama. π€π½ππΌ
Ntah mengapa sosok ayah mampu memberikan kesan sosok dominan yang diselimuti penuh kehormatan dan seringkali membuat saya harus merangkai kata-kata dulu sebelum berbicara agar tidak salah ucap. Lalu, saya coba memahami itu lebih jauh terlebih saat-saat sendiri, apakah itu karena karisma yang hanya akan dimiliki seorang ayah? Saya menyimpulkan demikian.. π‘
Saya bersyukur, tanpa sadar saya merekam masa-masa saat dibesarkan melalui penjalanan itu hingga saya dewasa, mandiri seperti ini dan berbalik memberi peran kepada orang tua sebagai anak yang dulu dipenuhi kasih dan sayang. Sampai akhirnya menjadi seorang Suami, rasanya memang dari dulu Mama & Bapak ingin mengantarkan agar saya siap mengemban amanah menjadi seorang Suami. Dari Bapak π¨πΌβπΌ diperkenalkan tanggung-jawab, kerja-keras, komitmen, dan keberanian. Melalui Mama π©πΌβπΌ saya belajar cinta, dedikasi, empati, dan kesetiaan. Masa-masa berat dengan luka saya dan saudara-saudara saksikan dan masa-masa indah penuh bunga pun kami rasakan. Yang sepatutnya semua keluarga mengalami dinamika tersebut. π
Selalu teringat saat-saat itu, kita semua menderita, Mamak, Kakak & Adik-adik merasakan dampak dari kesalahan pengambilan keputusan keluarga, hikmahnya kami belajar bekerja-sama dan menerima, saya belajar memahami untuk mengerti saat keluarga susah dan orang-tua berusaha agar kami tidak merasakan kesusahan lagi. π
Komitmen itu terikat dalam identitas saya menjadi seorang Suami, komitmen untuk tidak ingin melihat keluarga susah, memastikan istri dan anak-anak harus mendapatkan penghidupan yang layak.
Be a Good Father
Saya bersaksi bahwa Sang Pencipta mendengar segala doa, yang kami doakan di dalam malam sebelum tidur Allah SWT kabulkan secara perlahan. I still don’t believe this, sepertinya beberapa bulan yang lalu saya menghabiskan banyak waktu bermain dengan komunitas, yang sebentar lagi saya akan bermain-main denganmu, Nak. πΆπΌ
Sedari sekarang, saya sudah bayangkan bagaimana superiornya kamu, Nak. Karena Ayah akan trus kalah dan kamu akan jadi juara dari setiap permainan, menangis adalah jalan ninjamu. πͺ Saat-saat itupun akan terasa, memandikanmu terasa lebih menarik daripada pergi ke pemandian belerang di Danau Segara Anak bersama teman-teman, membersihkan pantatmu yang mungil, merah, dan lucu π₯ pengalaman yang tidak akan dirasakan saat mendaki gunung manapun. Playlist video seputar teknologi, konspirasi, dan dunia akan tenggelam dengan video-video jenaka, cara mengganti popok anak serta kartun Cocomelon.
Mau serewel apa kamu nanti, Nak. Ini adalah masa-masa yang Ayahmu ini tunggu-tunggu. Inilah mimpi yang tidak membutuhkan tidur. π€ΈπΌββ
Mewujudkan mimpi memerlukan pengorbanan, harus ada yang ditukar untuk sebuah pencapaian.
Masa-masa yang terasa paling bebas sebelum menikah kini tidak ada. Kebebasan mengambil keputusan kini adalah milik bersama, hak sebagai keluarga dan sebagai suami-istri, keduanya akan bersama-sama dalam memutuskan karena resiko apapun hasilnya akan ditanggung bersama. Saat anak-anak tumbuh besar, ia terlibat dalam demokrasi keluarga yang hidup untuk mencari keputusan terbaik bersama dengan setiap pertimbangan, sebab ia pula akan merasakan dampak bila keputusan salah.
Masa-masa ini selalu terasa seperti mimpi, hingga nanti saya terbangun oleh suara tangis manja penuh cinta saat didengarnya. Tangis dari junior kecil yang masih tidur lelap dalam rahim Ibundanya. π€°πΌ
Fase ini, ibumu sangat berjuang dalam merawatmu sejak dalam kandungan dan Ayah sangat salut π atas jerih-payah ibumu dalam memberikan yang terbaik untukmu, π₯Ί tidak boleh ada yang kurang untuk asupanmu bahkan Ibundamu berkomitmen untuk mengurangi jatah skincarenya untuk keperluanmu. π No debate kalau itu urusanmu, sejak dalam rahim kamu di treatment sebagai raja dan ratu, Nak. π
Ayah mau ceritakan lebih banyak tentang minggu-minggu ini sebenarnya, Nak. Tapi Ayah baru ingat, tulisan ini bukan hanya kamu yang baca. Ada banyak ayah, calon ayah, dan calon Suami diluaran sana dan Ayah akan tinggalkan pesan saja untuk kita semua. π¬π
Menikah itu anugerah π bila Allah SWT berikan, maka itu menjadi tanggung-jawab yang harus ditunaikan. Menjadi Suami bagi saya masih menjadi misteri, bagaimana menjadi Suami yang fit and proper dengan zamannya, semua Ayah berjuang menjadi Ayah yang baik untuk keluarganya, pendekatannya pun berbeda-beda. π±
Ada role model dari Rasulullah SWT dan para sahabatnya πΌ buku-buku, keluarga terdekat yang bisa diajak sharing what should & should not, what must and must not saat menjadi Suami. Disaat kebingungan itu hadir, saya akan kembali ke pengalaman yang saya punya dan disandingkan itu dengan pedoman agama yang saya percayakan. Mengingat kembali saat menjadi seorang anak, apa yang membuat kita sedih takkan diwariskan ke dalam keluarga, dan apa yang membuat saya bahagia adalah contoh untuk diterapkan ke dalam keluarga. β¨
Kutipan Suku Sasak, mun siq tepete bagus, bagus tedait. Mun tepete lenge, lenge tedait. π (Apa yang dicari itu yang didapat). Bagi saya menjadi Suami adalah proses memperbaiki diri, juga dapat memanjakan yang dicinta dengan cara yang halal, tugas utama melakukan lebih banyak kebaikan untuk ditanam dan diinvestasikan sebagai sikap & sifat. Tidak heran banyak yang berubah drastis setelah menjadi Suami, dan saya tidak harus mendefinisikan apa itu ayah yang baik, yang saya lakukan adalah mendedikasikan hidup sebaik mungkin sebagai pelayan terbaik untuk keluarga, untuk memuliakan yang diberikanNya Ini anugerah yang diberi, terikat dengan semua pertanggung-jawabannya.
Selamat belajar semua dan nikmati fase long-live-learn. πΎπΏ
Nak, Kelak kamu akan membaca ini. Mungkin melalui email pribadimu. Kami, Ayah & Bundamu bahagia menantikan kehadiranmu. π
Jakarta, 15 Desember 2023
Comments
1 Comment
[…] Journey: Being Father is My Dream β¨ β Bacaan (lombokit.com) […]
Leave a Comment