Press enter to see results or esc to cancel.

Catatan Nguli: Be a Good Listener

Rutinitas tersibuk kita adalah berbicara dan mendengarkan, hampir disetiap aspek kita membutuhkan keduanya sebagai cara berkomunikasi. Namun, apakah kita sudah cukup paham bagaimana menjadi seorang pendengar yang baik atau menyimak apa yang lawan bicara kita sampaikan? Bila sering kita jumpai, setelah beberapa pertemuan teman kita berkurang dan enggan bercerita kembali ke kita, “mungkin” saja kita memang belum menjadi pendengar yang baik untuk orang-orang terdekat kita.

Moeliono (1988:246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.

Meski kita sadari keseharian kita penuh dengan distraksi seperti nomophobia, phantom-vibration-syndrome dsbnya yang menyebabkan kita seringkali kehilangan nuansa kebersamaan saat berinteraksi sosial.

Active Listening Method

Berikut ini rangkuman poin dalam belajar mendengarkan yang baik, mendengarkan dengan keaktifan yang disebut sebagai Active Listening Method. Tujuannya untuk meningkatkan kepuasan keterhubungan kita hingga peningkatan empati. Penelitian pun menunjukkan bahwa mendengarkan secara aktif adalah keterampilan hidup yang layak kita kuasai. Berikut cara melatih diri untuk menjadi pendengar yang lebih baik.

13 Hal Penting dalam Active Listening

  1. Restate – Mengulangi atau memperjelas point atau fakta (Cth. Ehh trus kamu gimana saat itu terjadi?)
  2. Summarize – Membuat kesimpulan sederhana dari uraian. (Cth. Ohh, kayaknya sih kamu kecapekan setelah semua itu..)
  3. Minimal encouragers – Dorong dengan pemantik antusias atau semangat secukupnya saja. (Cth. Ohh iya, masak?, astaga, hmmm, begitu..)
  4. Reflect – Memposisikan diri sebagai sang pencerita. (Cth. Baik, aku paham bagaimana sulitnya padamu saat itu terjadi.)
  5. Give feedback – Memberi respon namun dengan meminta izin terlebih dahulu. (Cth. Aku ada saran, tapi apa boleh aku sampaikan?)
  6. Name the core emotion – Merespon dengan landasan emosi yang serupa untuk mendukung. (Cth. Atas apa yg terjadi padamu, tentu itu tdk mudah. Kalau aku, aku mungkin akan termenung dan bersedih.)
  7. If given the opportunity, probe – Kalau ada kesempatan, tanya mendalam. (Cth. Emang apa yg akan kamu lakukan kalau besok dia ngajak kamu ketemu?)
  8. Validate – Menyetarakan perasaan dengan lawan bicara untuk memastikan kita dalam gelombang yang sama, mengkomfirmasi apakah itu bisa tersampaikan. (Cth. Oke, aku tahu ini tdk mudah untuk diceritakan, namun itu akan sangat bermakna bila kamu ingin bercerita padaku.)
  9. Employ the pregnant pause – Jangan keburu merespon, pause beberapa detik sebelum menyampaikan respon. (Cth. (Tarik nafas, tahan) lalu mulai merespon )
  10. Silence – Kita sebagai pendengar, diam dan dengarkan. (Fokus mendengarkan daripada banyak merespon.)
  11. I Statement – Jangan menjudge, kritisi, dsbnya. (Cth. “Kamu sebaiknya begini”, lebih baik sampaikan seperti ini: “Kalau sekiranya itu aku, aku (I) akan..”)
  12. Redirect – Kalau obrolan mulai hilang arah – menyinggung. Maka, luruskan kembali. (Cth. Ketimbang kita bahas itu, gimana kalau kita bahas yang lain saja?)
  13. Repeat back patterns, but let them draw a conclusion – Biarkan ia membuat kesimpulan sendiri. (Cth. “Aku inget saat kamu cerita tadi terakhir kali kamu menengok keluarganya. Apa yang terjadi setelah kamu kembali kesana?”)

Last but not least (Hindari ini)

  1. Bertanya “mengapa”
  2. Nada agresif, skeptis, atau bertanya
  3. Bermain HP
  4. Menghilangkan atau menyepelekan kekhawatiran seseorang
  5. Menyela
  6. Menawarkan nasihat yang tidak diminta
  7. Mengatakan “kamu harus”
  8. Menyusun tanggapan saat pasangan sedang berbicara
  9. Mengalihkan fokus kembali pada diri sendiri

Reference:

https://psychcentral.com/lib/become-a-better-listener-active-listening#active-listening-steps