Press enter to see results or esc to cancel.

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It’s been ages since you are not here. I never know how to solve my longing to you, Dad.

Saat-saat malam, persis saat dimana tulisan ini ditulis. Sengaja dan sering tidak aku menyambangimu yang belum istirahat, sedang duduk terdiam dengan secangkir kopi sisa sore hari.

Engkau sosok yang pendiam, sangat hemat dalam berbicara. Namun, caramu melihat dan menatap seorang berbicara trus menerus, hidup dan hangat.

Ayah, maaf aku tidak pernah memanggilmu begitu. Kosakataku jadul, aku memanggilmu bapak. Mungkin bisa saja engkau akan bergetar ya saat aku mengucapkannya? Ayah, ayah, kini aku bisa saja memanggilmu ribuan kali, tanpa lagi mendengar jawabmu.

Ayah.. Kita terakhir ngobrol soal makna hidup yang kita miliki. Aku penasaran dengan bagaimana ayah melihat 67 tahun yang sudah berlalu. Bagaimana pendapat ayah juga dengan anak-anakmu ini?

.. dan semua pertanyaanku engkau jawab tanpa cacat sedikitpun mampu mengukir maknanya di hati ini. Hingga malam ini, aku benar-benar mengingatmu bersama malam itu. Ayah, tidak akankah kau beri kesempatan sekejap saja untuk kita berbicara?

Tentu tidak untuk menantangmu bermain catur yang jelas ayah akan kalah meskipun aku tanpa queen atau mengajak pergi “bebobok” (Dalam bahasa Sasak, artinya melaut.)

Melainkan, aku ingin klarifikasi saja bahwa aku selama ini sering salah dalam memaknai bimbinganmu. Aku salah pernah berpikir bahwa engkau yang memukulku dulu bahwa engkau kasar, engkau yang sering meninggalkan di hutan sendirian bahwa engkau tega, engkau yang sering diam bahwa engkau bukan lelaki yang bertanggung-jawab.

“Tanpa berpamitan engkau, menghilang bagaikan di telan samudra, ku ingat-ingat apakah aku, pernah menyinggung perasaanmu?”

Lirik lagu – Shanna Shannon

Ayah, saat aku kecil, engkau sangat menjaga dan mendidikku. Aku merasa hidupku biasa saja, sebab aku belum tiba di usia ini untuk memaknai itu semua dengan dewasa. Aku mengerti alasanmu memukulku, Ayah. Aku melihat itu pilihan terakhirmu saat engkau tidak ingin tata-kramaku lebih rusak lagi.

Seringkali kau tinggal aku saat kita pergi melaut. Paling menyakitkan saat kau meninggalkanku dari pantai di Desa Sepolong (Nama Desa di Lombok) dan kau tancap gas motor meninggalkanku ke pantai Rambang (Desa seberang). Selain jaraknya cukup jauh, saat itu juga malam pekat sekitar jam 9 malam dan anehnya aku tidak melihatmu berhenti hanya sekedar memastikan apakah aku masih ada? Dan itu bukan yang satu-satunya..

Melalui itu semua, sekarang aku tahu bagaimana mengambil sikap saat aku sendirian, jauh dan sepi. Sekarang aku perantau sepertimu dulu, kau juga berpesan untuk memintaku merantau. Aku yakin, walau tidak melihatku di dunia, namun para malaikat dengan sangat baik mengantar salam dan kabar tentangku disini.

Ayah, aku sangat kuat sekarang. Kehancuran terburukku hanya saat kehilanganmu setelah itu tidak ada lagi membuatku lebih sedih selain mendengarmu pergi. 

Ayah, mengapa diammu sangat memukau yang ingin ku puji berulang kali. Sebab, itu sangat berkesan buatku saat ini. Aku belajar bahwa diam sangat berguna bagiku dalam menjalani hidup yang semakin variatif. Dengan siapa aku akan berteman, bekerja, berbisnis, dan bersosial. Mengurangi bicara juga mengurangi potensi masalah yang bisa ku tangani berulang-berulang. Mengurangi bicara membuatku lebih produktif, seringkali juga diam membuatku menjadi lebih tenang dan dapat merasakan hal-hal positif di sekitar.

Jadi, Ayah, aku mau klarifikasi soal itu aja. Juga, Ayah maafin aku kan? Ya, kan aku dulunya masih kecil. ☺️

Ayah, setelah merantau. Aku semakin banyak belajar lagi sepertimu. Ini toh rasanya, menjadi anak generation sandwich yang diapit oleh keinginan orang tua dan ambisi pribadi. 😁

Ya, Ayah. Aku ambisius, seringkali melewatkan pertimbangan-pertimbangan lain sebelum bertindak. Pelan-pelan aku merasa lebih tenang dan hati-hati. Yaa, aku kadang memproyeksikan wujudmu di depanku, engkau yang tenang, relax namun akurat. Aku bisa habiskan malam-malam menjelang tidurku hanya untuk membayangkanmu masih hidup, Ayah.

Sekarang aku tanya, apakah engkau merindukanku? Aku siap menunggu jawabmu dari mimpi saja. Oiya besok pagi, aku mau kerja, aku istirahat ya. Senang bisa menyapamu, malaikat tolong salamku langsung disampaikan. ✨