When Im Getting Older : Sepi Memberi Arti
Ketika aku mulai menua. Rasanya memang berbeda..
Judul tulisan ini saya pilih sesuai dengan situasi yang sekarang ini saya rasakan, saya sedang merasa kesepian. Saat saya merasa semakin tua, semakin banyak waktu yang saya gunakan. Namun keinginan trus saja bertambah, kemauan tiada surut seolah ada trus setiap kali dipikirkan. Tiada henti, ingin menjadi manusia yang tiada habisnya.
Lama juga saya tidak lagi mengisi blog ini dengan tulis-tulisan semi-curhat, menceritakan nasib dan pikiran melalui tulisan yang saya anggap seringkali lebih melegakan dibanding jawaban dari seseorang yang telinganya rela untuk mendengarkan. Menyapa kembali ingatan saya dalam syahdunya saat menulis dan membiasakan jemari saya untuk berbagi melalui tulisan.
Hmmm, semakin tua semakin aneh saja rasanya. Bentar-bentar ada saja perasaan yang bikin tersinggung, was-was dan khawatir. Bahkan tidak jarang tanpa melalui sebab, seperti saat dimana kita tiba-tiba melamun disaat teman-teman yang lain asyik berdiskusi, tiba-tiba menepi disaat orang-orang beramai-ramai dengan sekitar, rasanya tidak kurang dari kita pernah saja mengalaminya, benar?
Lalu apa definisinya sepi selama ini? Bila saat ramai kita merasa sepi dan begitu sebaliknya. Maybe I would like to share my own opinion. It’s based on real case ya, semakin kesini saya pribadi makin merasa kalau saya memang lebih banyak lagi waktu sendiri. Meskipun, saya pribadi yang saat ini yang tidak punya banyak urusan dengan orang banyak, ada tapi tidak banyak.
Saya merasa ada kekuatan yang keantusiasan yang saya dapat saat saya berada dalam sepi. Itu seperti, saya dipertemukan waktu dengan masa lalu saya dan masa lalu menceritakan apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu saya kedepannya. Seperti berkomtemplasi? right. Fase saat kita menggali kembali apa saja hal-hal berat yang kita lalui secara dalam. Fase saat-saat kita butuh lebih banyak waktu sendiri dari biasanya.
Tapi, tidak sedikit juga diantara kita yang merasa kesulitan saat merasa sepi, bukan? Ya saya akui saya juga sering merasa begitu. Saat-saat sederhana pun kita masih kesulitan melakukannya sendiri, pergi ke kampus untuk mengurus surat keterangan, mau beli barang dikota, mau liat ikan hias dan sebagainya..
It’s hard to say, we are social human. kita adalah manusia sosial. Yang tidak mungkin tidak butuh orang lain, yang tidak bisa mengurus sendiri diri kita tanpa orang lain. But, have we realize it? Sudah seberapa sering kita memikirkan waktu dengan diri kita dibanding waktu dengan orang lain? Maybe, kita akan bilang. It’s not cool to compare, kita sama-sama butuh keduanya di waktu yang berbeda. Okay, I agree. Tapi sudah seberapa siap kita saat kita harus lalui banyak hari dengan sendiri? Are you be afraid? Apa kamu dan saya akan takut saat sendiri? And basically it is yes.
And now, when I getting older guys. All these “things” like friend, partner, sohib, brother, sister and all people in your circle. No take for granted all of it will be gone. Even your shadow will leave you.
So, dengan siapa kita akan berdiri? Hanya dengan diri kita dan harapan yang kita miliki. Semua akan berakhir pada DIRI KITA sendiri. That’s way I prefer to write something about lonely. Saya merasa tertarik untuk mempertanyakan apa arti “sepi” yang akhir-akhir ini sering saya alami? It better for me or not? Dan kembali pada rasa percaya diri terdalam, saya pribadi saya merasakan, rasa sepi ini saya butuhkan. Untuk lebih memahami siapa saya, memahami apa yang sebenarnya saya butuh dan ingin, apa yang saya sukai dan bukan, apa yang saya kejar dan bukan, apa yang sebaiknya perjuangkan dan bukan dan banyak sekali yang mempertanyakan saya, saya dan saya. Mencari jawaban sendiri tentang diri ini dengan bertanya pada diri sendiri.
Saat ini, saya belum pernah merasa sedekat ini dengan diri saya sendiri, sedikit mengerti akan hal-hal yang menjadi kebutuhan primer saya. Mendekatkan mata saya ke diri saya, lebih dalam untuk memahami akan saya membantu saya membuka pandangan lebih lebar dengan hal-hal baru, besar dan jangka-panjang. Untuk kita yang masih muda, menjadi sukses bukan hanya cita-cita namun juga jalan dan cara hidup. Sukses untuk setiap hal yang kita perjuangkan, sukses akumulatif dari perjuangan yang kita lakukan, resiko yang kita terima dan value yang kita dapatkan.
Saya ingin sukses dengan kekuatan yang saya punya. Kekuatan yang diberi Allah sebagai hadiah untuk saya, melaluiNya dan dengan campur tanganNya. Menjadi refleksi untuk waktu sejauh ini, semakin menua, saat sepi dan lebih dekat dengan diri ini, dengan ujung harapan semakin didekatkan denganNya.
Saya berharap melalui tulisan ini, ada yang mengingatkan saya untuk tidak harus merasa takut saat sepi atau kehilangan jalan saat sendiri. Semoga teman-teman juga menikmati..
Comments
1 Comment
❤️
Leave a Comment