Zahid sebelum memutuskan meninggalkan impiannya, ia tentu sudah bersusah payah mendapatkannya.
Zahid adalah satu diantara pemenang yang berhasil memenangkan hidupnya dari bermacam perspektif diluar dirinya. Roger Federer merupakan atlit tenis profesional dari Swiss yang sebelumnya sudah menghabiskan banyak waktu untuk bermain sepak bola sebelum memilih fokus pada Tenis. Kemudian ada Prof. Brian Cox yang memilih meninggalkan karirnya di musik profesional dan memilih menjadi seorang Fisikiawan yang menulis satu diantara bukunya yaitu The Quantum Universe. Mereka semua quit dari bidang yang awal digelitungi menuju ke bidang lain lagi.Kita bisa saja membuat hipotesa, mereka meninggalkan itu semua setelah mencapai titik tertinggi mereka dalam bidang tersebut. Jadi wajar mereka quitting?Namun nyatanya tidak, kita tidak perlu menjadi juara kemudian keluar. Kita tidak perlu memaksakan diri menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak membuat kita produktif. 🙂
Kita bisa memiliki alasan yang sederhana seperti ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga, fokus mengurus organisasi yang kita miliki atau keluar dari suatu circle yang membuatmu tidak begitu produktif. So, anything could be that..
Pastinya, sebelum kita berpikir berhenti kita sudah memiliki analisa yang reasonable. Sebelum kita memiliki alasan yang meyakinkan dan penuh pertimbangan maka bisa jadi keputusan quitting hanyalah dari kegelisahan sesaat yang berujung keputusan short term (jangka pendek) saja. Then, when should we quit and we stick? Lalu kapan sebaiknya kita berhenti dan bertahan? Sebab dengan mengetahui kapan dan kenapa kita harus berhenti akan menjadikan tujuan kita selanjutnya lebih jelas dan terukur. Tentu ini butuh sebuah pemahaman baik dari kondisi yang sedang kita rasakan, mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa saja dampak yang terjadi atas keputusan yang ada.
Ternyata aku sejak lama seringkali melakukan quitting. Berpindah dari satu peminatan ke peminatan lainnya, pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Hingga salah satunya baru saja terjadi.Akhir oktober 2021, aku memulai sesuatu baru untuk belajar bahasa inggris secara optimal dengan belajar langsung di pusat pendidikan bahasa inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri.Aku menghabiskan sekian bulan lamanya untuk belajar hingga pada tahun selanjutnya aku mendapat kesempatan menjadi tutor bahasa inggris.Menjadi seorang tutor ternyata awalnya yang susah. Hanya perlu beradaptasi dengan lingkungan baru dan menyesuaikan kemampuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.Aku begitu menikmati hari-hari yang ada, tempat tinggal yang sudah disiapkan, makan minum pun ada dan penghasilan yang ideal yang ditawarkan. Aku rasa tidak ada keluhan.
Aku mulai mencintai bahasa inggris sebagai rutinitas baru yang membuatku tanpa sadar kehilangan ketertarikan untuk hal-hal yang sudah kejalani jauh-jauh hari.Paling terasa saat produktivitas seperti menulis, membuat video dan berdiskusi dengan rekan-rekan komunitas kini tidak lagi ku lakukan padahal aku punya banyak waktu.Aku mulai menyadari bahwa rutinitas yang aku jalani juga dengan perlahan membunuh kreativitas yang ada. Aku menjadi kurang inisiatif dalam bersikap dan malas mempertimbangkan, akibat dari itu semua. Performance ku pun menurun sebagai seorang tutor di tempatku.Semakin aku paksakan mengembalikan suasana dan ritme yang ada namun nyatanya lebih dalam kejenuhan yang aku alami. Disitu aku merasa bahwa aku harus quitting.Tentu banyak factor selain diatas. Intinya aku tidak ingin terjebak dalam rutinitas yang membunuh produktivitasku.
Apakah ini yang aku inginkan? Ini yang aku dambakkan? Apa aku bangga dan menikmati ini semua? Nyatanya, aku tidak sepenuhnya menikmati rutinitasku terlepas dari semua fasilitas yang membuatku hampir terjebak di Zona Nyaman.
Akhirnya, aku putuskan quitting dari pekerjaan sebagai seorang tutor camp dan aku tlah siap kehilangan semua fasilitas dan kenyamanan yang ada.Kita tentu banyak mendengar.
The Winners never quit or Quitters never win.
Namun aku tidak mau menjadi bodoh atas hidupku sendiri yang ku jalani.Selama ini kata-kata bijak mengatakkan.Pemenang tidak pernah berhenti.Aku tidak setuju bila itu tentang satu keahlian/pekerjaan yang harus kamu pertahankan mati-matiin. Aku akan setuju bila kamu berhenti berkarya maka kamu tidak akan jadi pemenang.Maka bagiku, berhentilah..
Optimis dapat membawamu dengan hal-hal lain yang bisa kamu capai namun kamu butuh menjadi realistis untuk membuatmu menjadi pribadi yang seimbang dan penuh perencanaan.Kamu yang tahu seberapa besar sisa energi yang kamu miliki, maka akan kamu gunakan untuk apa energi itu? Kamu bisa memaksakan diri mengajar yang berpotensimu membuat burnout atau mencari peluang baru dengan sisa energi yang kamu miliki untuk berkarya? So, just make it easy.Finally, kita akan tiba pada hukum bahwa semua hal-hal yang pernah kamu coba di masa lalu akan mempertebal keilmuanmu. Itu yang disebut sebagai Breadibility, silahkan kamu riset sendiri. 😉Terimakasih untuk semua rekan-rekan yang ada dalam thumbnail photo. I’ll be missing you. 🤍
Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…
It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…
Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…
Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…
It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…
Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…