Sudahkah Kita Bersyukur dengan ‘Kemolahan’ yang di BerikanNya?

Dalam diri setiap manusia, terikat sejak lahirnya fitrah yang diberikan Tuhan yang Maha Esa. Mewariskan setiap manusia akal-pikiran untuk membedakan hak dan batil dan salah satu anugerah yang sangat jarang di syukuri adalah hak keistimewaan: kemudahan untuk memperoleh, memilih dan melakukan. Terbayang ketika masa-kecil anak yang terlahir dari keluarga yang mampu dengan anak yang dilahirkan dibawah garis kemiskinan? Dari sejak kecil anak yang dilahirkan dari keluarga mampu sudah terpenuhi dengan kemewahannya, dia ingin sepeda, dia ingin mainan pesawat, ingin di ajak pergi ke wahana liburan kota dan semua itu tidak sulit baginya untuk didapatkan. Semua kemudahan itu yang seringkali menjadi tirani didalam diri manusia, seringkali membuat kita lalai bahwa sesungguhnya tanpa keistimewaan itu semua apa kita bisa berada diposisi seperti saat ini?

Keistimewaan yang di berikan ke setiap hamba-hambaNya bisa saja berbeda dan sama. Diantara jutaan kemewahan yang diberikan oleh Allah SWT yang seluruh hambaNya miliki secara sadar adalah akal dan pikiran yang baik. Kecakapan dan kecerdasan berpikir, kemewahan yang dapat menjadi nikmat atau mudharat bergantung bagaimana memanfaatkannya.

Innalillaha, sesungguhnya apa yang ada didunia ini hanyalah milik Allah dan kepadaNya lah semua akan kembali.

Sadarkah kita, bahwa tidak sedikit anak yang dilahirkan tidak seberuntung kita? Dilahirkan dikeluarga yang cukup – makan 3x sehari walau hanya dengan nasi dan kecap. Dan kita dibesarkan dengan segala akses dan kemudahan yang tersedia, kita butuh susu formula dapat diberikan, butuh makanan bubur dapat dicarikan dan butuh jaket kecil; pun dengan gesit dibelikan. Sedangkan, ada jutaan anak yang terlahir dalam keadaan yang sangat sulit, tidak dilahirkan di matras empuk rumah sakit kota? Dibesarkan dengan bekal seadanya dan berteduh digubuk dari kardus yang beralaskan kardus juga. Bila, kita hitung semua ‘kemolahan’ terhadap diri kita maka tidaklah mungkin kita melakukannya.

Keberhasilan seseorang tidak lepas dari kerja-keras dan privilege yang dimilikinya. Seorang anak petani harus bekerja keras untuk dapat menjadi seorang General Manager di sebuah perusahaan. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan dengan hak-hak istimewa / kemewahan dengan kerja seadanya akan lebih mudah mendapatkannya. Tulisan ini, tidak untuk meremehkan people privilege / orang-orang yang memiliki keistimewaan tersebut. Sebagai pengingat atas dasar keistimewaan yang kita miliki sejak lahir agar kita tidak sombong dan luput mensyukurinya.

Privilege tidak menjamin kesuksesan, tetapi memperbesar peluang meraihnya dibanding orang lain yang tidak memilikinya.

Seseorang dengan under privilege , tidak harus minder dengan apa yang sudah ditentukan padanya. Bisa saja dengan kondisi itu membuatnya menjadi lebih giat dan keberhasilan yang diraih lebih maksimal dibanding yang memilikinya. Tidak sedikit juga, banyak keberhasilan yang lahir dari mereka yang berada pada under privilege. Satu hal yang dapat dipetik adalah proses dalam meraih semua kesuksesan itu, yang memiliki kemewahan dan tidak akan merasakan fase yang berbeda saat ia sudah dewasa atau sesaat takdirnya berubah. Bukan salah kita ketika apa yang kalian inginkan tidak bisa kita dapat, dan jangan mudah menyerah juga. Mungkin kemampuan kita atau mereka karena  terlahir sudah menjadi orang istimewa (privilege people).  Dan tidak sedikit juga orang yang dapat meremehkan perjuangan,  mereka tidak tahu seperti apa rasanya dibawah, tidak semewah yang mereka.

Baik, pada akhirnya, saya pribadi percaya privilege itu ada, dan kalau mau membawa-bawa perbandingan, rasanya setiap dari kita punya hak istimewa masing-masing. Ada yang bisa sukses karena dibantu jejaring orangtua, tetapi dalam hal lain ada juga yang diuntungkan karena lahir dari golongan mayoritas. Punya jabatan tertentu pun bisa membuka akses seseorang untuk mencapai tujuannya dengan lebih mudah.

Understand that the right to choose your own path is a sacred privilege. Use it. Dwell in possibility. – Oprah Winfrey

Hak untuk menentukan sendiri jalan yang kita pilih adalah sebuah privilege yang sakral. Tidak semua dari kita punya privilege untuk lahir di keluarga elit, tetapi selama punya kemerdekaan menentukan jalan hidup kita sendiri, rasanya itu lebih dari cukup untuk kita syukuri, bukan? Kutipan dari Mardiana.

Use your privileges wisely, and be grateful!

Harry Sunaryo

An IT Enthusiast. Founder Sanggar IT Lombok, Agromina.id. System Analyst. Programmer. Writer on Lombokit.com.

View Comments

Recent Posts

Merencanakan yang Terbaik untuk Anak..

Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…

8 months ago

Journey: Being Father is My Dream ✨

It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…

1 year ago

Seperti Cerita Kekaisaran Mongol..

Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…

2 years ago

The Chosen: Sang Manusia-Manusia Terpilih..

Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…

2 years ago

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…

2 years ago

Siapa Orang ini? Yang Menginspirasi Siapa Saja..

Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…

2 years ago