Categories: MentalTulisan

Glossophobia: Traumatik & Ketakutan Berbicara di Depan Orang Banyak

Apakah public speaking adalah ketakutan terbesarmu? Jika iya. Kamu tidak sendiri karena saya juga memiliki ketakutan yang sama. Ketakutan berbicara di depan publik atau Glossophobia di ranking top 3 “Ketakutan Terbesar” bagi manusia. Berdasarkan sebagian besar hasil riset, ketakutan berbicara di depan publik berada di posisi pertama. Ketakutan kedua ialah kematian. Yeah!, apa itu terdengar aneh? Saat lebih banyak orang takut dengan Public Speaking di bandingkan kematian.

Lalu, mengapa publik speaking begitu menakutkan? Padahal kita bisa sangat nyaman berbicara dan menceritakan cerita kita ke orang-orang terdekat kita, kita bisa cukup rileks untuk bercerita ke teman yang ada di lingkungan komunitas kita saat ada diskusi dan sebagainya. Namun, saat harus berdiri di hadapan sekelompok orang atau dalam sebuah event dengan audiensi yang besar maka itu sangatlah mengkhawatirkan.

Apakah karena kita takut dari judgement? Saat setiap mata tertuju ke kita.

Apakah ketakutan itu karena kata-kta, topik, idea dan cerita yang kita sampaikan tidak akan menarik? Kita khawatir akan menjadi membosankan? atau apakah karena takut dengan ejekan, penghinaan dan dipermalukan? Saat kita maju kedepan, tangan kita bergetar, kita berbicara terlalu cepat dan belibet, gagap, berkeringat dan kehilangan topik yang kita ingin sampaikan? Dan sepertinya ini adalah ketakutan bahwa kita merasa akan buruk saat di atas panggung.

Mungkin tulisan ini akan membuatmu merasa lebih cemas dan gelisah lagi, I’m so sorry.

Sebenarnya, saya juga memiliki ketakutan yang sama. Saya mendeteksi  ini pun ada dalam diri saya, sudah sejak lama. Saya terdiagnosa punya Glossophobia. Saya ingat pertama kali saya menjadi seorang presenter, itu pengalaman buruk yang paling saya kenang dan berharap saya bisa lupakan selama hidup saya. Bagaimana tidak? Saya harus merasakan bagaimana rasanya tertekan dan malu dengan keadaan saat tubuh saya bergetar, berkeringat, ucapan saya tidak karuan/belibet hingga saya tidak sadar reseletting celana yang tidak terkancing dengan sempurna. 😀 Luar biasa memalukan!

Setelah acara, saya sangat memikirkannya dan merasa sudahlah, cukuplah saya menjadi pembicara. Kemudian, saya konsultasikan keluh-kesah yang saya rasakan kepada senior. Apa yang sebenarnya terjadi dengan diri ini? yang kacau saat menyampaikan materi di depan orang banyak. Mengapa saya bercucuran keringat hingga saya ingin segera menyelesaikan speech saya. Senior saya menjawab dengan jawaban yang bijak hanya untuk melegakan perasaan saya.

Itu karena metabolisme tubuhmu begitu bagus, makanya kamu sangat berkeringat. Hahaa

Jawaban itu setidaknya membuat saya lebih baik sebelumnya meski logika saya tidak sepenuhnya menyetujuinya. 😀 Minimal, saya pernah merasakan di titik yang terburuk itu sehingga saya bisa mengintropeksi diri, kenapa saya kini ketakutan saat berbicara di depan orang banyak.

Berselang lama, setelah kejadian itu. Ternyata semakin banyak kesempatan untuk saya tampil di publik, ntah itu sebagai pembicara, pemateri ataupun host. Saya punya pilihan untuk menolak semua kesempatan itu, di dalam hati saya, masih ingat betul kejadian yang pernah saya alami dan ketrauman akan public speaking. Namun, di sisi lain, saya akan sangat menyayangkan kesempatan yang datang kepada saya, selain itu menambah jam terbang (baca: pengalaman), juga menambah isi dompet saya yang saat itu masih berstatus mahasiswa nganggur. Hahaaa

Saya memilih mengambil pilihan yang sebagian besar orang hinduri, yaitu melawan rasa takut. Dari saat itu saya tidak ingin terkekang dan dibatasi oleh rasa khawatir dan ketakutan yang saya miliki. Semakin hari saya semakin merasa butuh ketakutan itu untuk saya lawan. Hingga akhirnya, saya saat ini menulis tentang topik ini. Itu semua pengalaman nyata saya dalam melawan rasa takut terbesar ummat manusia, rasa takut terbesar anak muda dan rasa takut yang pasti dihadapi oleh orang-orang sukses yaitu Glossophobia.

Minggu depan, saya akan menyampaikan materi pertama saya dalam bahasa inggris dan ini adalah bagaimana bentuk saya mempersiapkan diri. Saya akui bahwa tidak hanya tentang materi yang harus siap namun juga persiapan-persiapan lainnya sangat menunjang keberhasilan saya dalam menyampaikan pesan di panggung dengan materi yang saya bawa.

Masih dengan pesan yang sama sampai saat ini:

Be optimally unprepared.

Tidak hanya fokus dalam menyiapkan materi & penampilan saja, namun juga persiapan mental utamanya. Kesehatan mental dan mental sangat penting bagi saya karena salah satu kunci dari public speaking yang jarang terpikirkan apalagi di persiapkan.

 

Harry Sunaryo

An IT Enthusiast. Founder Sanggar IT Lombok, Agromina.id. System Analyst. Programmer. Writer on Lombokit.com.

Recent Posts

Merencanakan yang Terbaik untuk Anak..

Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…

8 months ago

Journey: Being Father is My Dream ✨

It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…

1 year ago

Seperti Cerita Kekaisaran Mongol..

Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…

2 years ago

The Chosen: Sang Manusia-Manusia Terpilih..

Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…

2 years ago

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…

2 years ago

Siapa Orang ini? Yang Menginspirasi Siapa Saja..

Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…

2 years ago