Categories: PerspektifTulisan

Slavery in Disguise: Perbudakan Dalam Ketidaktahuan

Understanding this term to avoid of toxic work circle.

Kita bergembira ketika diterima pada sebuah perusahaan atau instansi kelas atas. Kita memuja-muji system kerjanya, lingkungannya dan bahkan seringkali atasan-atasannya. Kita ibarat seekor katak yang berenang di kolam kecil, melihat semua dengan cara yang kecil tanpa coba melihat dari luar kolam.

Apakah pernah terjadi pada kalian? Ketika saat kalian merasa bahwa semua perintah, instruksi hingga permintaan dari atasan menjadi kewajiban yang harus kalian penuhi setiap saat? Kalian merasa bahwa your wish is my command, perintah atasan adalah sebuah fatwa yang harusnya kalian lakukan?

Memahami Tentang Perbudakan

Istilah “Perbudakan” mungkin akan agak berat terdengar di telinga kita namun faktanya itulah yang banyak terjadi sekarang ini. Banyak praktik Perbudakan dalam kesopan-santunan, kemewahan, kelembutan yang pada akhirnya memang pada ketidaktahuan kita bahwa kita sedang dalam perbudakan.

Perbudakan adalah suatu perbuatan atau keadaan yang membuat seseorang menjadi budak, yang merupakan objek properti yang dimiliki oleh orang lainnya. Perbudakan biasanya terjadi dengan orang yang diperbudak dibuat untuk melakukan beberapa bentuk pekerjaan dan lokasi mereka juga ditentukan oleh orang yang memilikinya.

Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Perbudakan

Tentu akan ada intrepretasi tentang kata Perbudakan yang sedang penulis singgung, dan kali ini penulis merujuk kepada Perbudakan Modern. Pada Perbudakan Tradisional mudah bagi kita mengetahui ciri khasnya melalui penampilan, jenis pekerjaan dan status ekonomi. Namun, di Perbudakan Modern menjadi lebih rumit disebabkan segala kemewahan yang dimiliki saat ini.

Bila, kalian merasa di lingkungan kerja saat ini. Kalian sulit bahkan tidak bisa (tidak berani, tidak ada ruang) untuk menyampaikan kebenaran atau keluh kesah kalian maka ketahuilah bahwa kalian sedang memasuki Perbudakan dalam Ketidaktahuan.

Kemudian, bila kalian di lingkungan kerja saat ini. Selalu diperlakukan baik dan penuh perhatian hingga kalian tidak berani bahkan mampu menyampaikan keinginan kalian untuk istirahat, cuti dan berhenti karena kekhawatiran menyakiti hati atasan/bos kalian. Maka, itupun adalah bagian dari Perbudakan dalam Ketidaktahuan.

Apakah kedua indikator diatas cukup dalam mendiagnosa kondisi kerja kalian saat ini?

Baik, bisa saja kita berdalih bahwa kita mengikuti apa yang sudah tertuang dalam aturan perusahaan. Maka, ada banyak keterbatasan yang kita miliki sebagai pekerja.

Namun, jika kita pertimbangkan lagi dengan akal sehat. Sebagaimana aturan yang ada dan perintah yang diberikan apakah saling berkaitan? Seringkali ada beberapa rutinitas yang kita lakukan, tidak tertuang dalam tugas dan fungsi namun kita melakukannya bagai sebuah kewajiban. Misal, kita harus bekerja lembur tanpa ada reward, kita tidak berani menyampaikan pendapat karena takut salah, kita tidak berani menyampaikan rencana resign karena takut menyakiti.

Slavery In Disguise

Not imprisoning slaves, but letting them live anywhere they choose, knowing that the need to feed themselves will force them to find a job, and that their need to find a better job will get them to attend school. Then hiring them, paying them a regular salary, giving them health insurance so they will not break down, and giving them 2-weeks vacation so they will rest and recuperate. Then have the TV ads convince them to buy a car to get to work, a house to live in, and other things to live better, to all along exploiting their labor as the masters did on the plantations. Disguised slavery is the spine of a system called ‘human farming’ and is sinonimous with ‘salaried slavery.’ Though some see it as unfair, it may be the only way for society to function and thrive.

Source: https://www.urbandictionary.com

Terjemahan

Bukan budak dalam sel penjara, tetapi membiarkan mereka tinggal di mana saja yang mereka pilih, mengetahui kebutuhan mereka untuk makan akan memaksa mereka untuk mencari pekerjaan, dan bahwa kebutuhan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik sehingga mereka bersekolah. Kemudian mempekerjakan mereka, membayar mereka dengan gaji tetap, memberi mereka asuransi kesehatan agar tidak mogok, dan memberi mereka liburan 2 minggu agar mereka bisa beristirahat dan memulihkan diri. Kemudian mintalah iklan TV meyakinkan mereka untuk membeli mobil untuk pergi bekerja, rumah untuk ditinggali, dan hal-hal lain untuk hidup lebih baik, untuk selama ini mengeksploitasi tenaga kerja mereka seperti yang dilakukan majikan di perkebunan. Perbudakan terselubung adalah tulang punggung sistem yang disebut ‘pertanian manusia’ dan identik dengan ‘perbudakan bergaji’. Meskipun beberapa orang melihatnya tidak adil, namun bisa saja itu satu-satunya cara bagi masyarakat untuk berfungsi dan berkembang.

Dalam Slavery in Disguise, memang kita tidak dipenjara namun kebebasan kita dalam berpikir, berprasangka, berbicara dan menyampaikan ditawan dalam ketakutan. Kita takut berbuat salah; kita takut mengecewakan; kita takut dipecat dan kita takut tidak bekerja memuaskan sehingga salah satu kemerdekaan kita sebagai manusia pun hilang. Fenomena ini mudah kita deteksi di lingkungan sekitar kita, pada diri kita dalam bagaimana kita bekerja.

Bekerja Dengan Kesadaran

Bekerja dengan penuh kesadaran bahwa kita memang pantas mendapat pekerjaan itu, mendapat gaji sebesar itu dan pantas mendapat fasilitas itu. Kita memperjuangkan apa yang kita dapatkan dengan waktu dan usaha terbaik, bukan melalui rasa kasihan atasan sehingga kita bisa bekerja. Melalui kesadaran-kesadaran kolektif yang kita miliki, kita bisa bekerja dengan benar, baik dan terawat. Kita tidak menginvestasikan waktu selama bekerja dalam ketakutan dan kekhawatiran sehingga membuat kita bekerja tidak leluasa atau bekerja tanpa kemerdekaan.

Perbedaan kita tipis dengan budak masa lampau, penampilan kita bisa saja rapi namun pikiran dan tubuh kita diikat pada sistem yang membuat kita menuruti semua yang diperintahkan dan seringkali itu diluar dari tugas dan kewajiban. Kita sama-sama patuh dan tunduk pada atasan, kita tidak bisa ingin menyakiti perasaan atasan dan kita selalu merasa kerdil di hadapan atasan.

Human farming system,  kita bukanlah tanaman yang berbuah lalu dipetik, kemudian dipaksa berbuah dengan diberi pupuk.

Harry Sunaryo

An IT Enthusiast. Founder Sanggar IT Lombok, Agromina.id. System Analyst. Programmer. Writer on Lombokit.com.

Recent Posts

Merencanakan yang Terbaik untuk Anak..

Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…

8 months ago

Journey: Being Father is My Dream ✨

It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…

1 year ago

Seperti Cerita Kekaisaran Mongol..

Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…

2 years ago

The Chosen: Sang Manusia-Manusia Terpilih..

Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…

2 years ago

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…

2 years ago

Siapa Orang ini? Yang Menginspirasi Siapa Saja..

Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…

2 years ago