Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak adalah pemberian. Justru itu, kita tidak tahu kapan pemberian itu akan datang.
Januari lalu, kami harus menerima bahwa kandungan kecil (menuju usia 10 minggu) yang dititipkan harus dioperasi, istilah medisnya kuretase. Janin kami tidak berkembang pada usia tersebut, perkembangan yang terbaca dari USG terlihat seperti usia 4 minggu. Kami periksakan ke 3-4 dokter namun kesimpulannya memang sama, janin tidak berkembang.
Terlintas dalam benak istri untuk mempertahankan si janin sejauh yang dimampu, saya memahami keinginan itu karena selama 2 bulan penuh istri saya menggendong si janin kemana saja, memberinya makan nutrisi yang baik, me-ngajikannya setiap menjelang dan sebangun tidur. Saya setujui keinginan itu, meski disatu sisi saya cemas dengan kesehatannya.
Kami berikhtiar hingga ujung, melalui USG Transvaginal yang kedua (dokter ke-4) akhirnya kami memutuskan untuk rela. Meski berat, ada terbit setelah terbenam. Setidaknya kami tahu bahwa kami punya potensi memiliki anak.
Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi
Bisa saja diantara kita banyak yang sedang merasakan hal yang sama. Bahkan, diuji lebih kuat dan kokoh lagi semata-mata agar kita belajar bahwa kita hanyalah makhluk yang meminta kepada Sang Pemberi.
Kabar pertama kehamilan terasa sangat menggetarkan, garis 2 yang istri tunjukkan membuat saya stuck mendadak. Saya tidak merasakan orang-orang disekeliling saya, hanya hening dan pikiran yang bercampur haru, sedih, dan bahagia. Terharu karena itu loh hasil saya, wkwkwk. Sedih karena saya tidak bisa merayakannya disamping istri 🙁 , dan bahagia bahwa saya akan jadi Daddy.. Uhuyy. 🙂
Dalam suasana bathin yang bahagia dan penuh. Saya menyiapkan semua yang bisa saya lakukan sedari awal. Buka tabungan kambing untuk persiapan aqiqah, wishlist nutrisi dan pakaian yang baik untuk bumil serta peralatan rumah tangga untuk dukung kesehatan seperti air purifier dan kulkas.
Istri saya juga girangnya minta ampun, kadang-kadang saya diminta untuk ngomong sama perutnya, “Ajakin ngobrol si dedek, bilang kalau papanya sayang dan nanti diajarin banyak hal.“, istri memperbaiki pola hidup dan membuat appointment untuk kontrol setiap bulan. Tidak hanya kami berdua, sekeluarga besar pun merayakan suka cita.
Kabar ini pertama tiba saat istri kontrol yang ke-3, saat itu saya selepas diskusi dengan Team Leader di kantor. Istri telpon dan kabar itu terpaksa saya cerna dengan rasa tenang. Saya mendengar tangisan dari kejauhan yang istri saya tidak percaya dengan diagnosa dokter. Saya tenangkan istri, “Kita bisa periksa di dokter yang lain ya.” dengan harapan istri tidak jatuh dalam keputus-asaan. Selepas telpon, malah saya yang mau nangis, ya mau gimana, sedih tahu.. 🙁
Saya ceritakan keadaan yang terjadi ke Leader, saya merasakan simpati disaat itu. Saya kemudian bilang, bahwa saya akan pulang untuk menemani istri bila keadaannya memburuk.
Benar saja keadaan tidak membaik, setelah periksa istri langsung pulang lalu disambut keluarga besar dan semua menguatkan untuk berusaha mengembalikan senyuman istri. Saya pun putuskan cuti untuk menemani istri periksa hingga operasi bila dibutuhkan. Sepulangnya, saya temukan istri sudah terlihat lesu, mungkin kelelahan memikirkan yang terjadi pada dirinya dan kadang-kadang rasa nyeri yang dialaminya. Disaat itu, yang saya punya hanya pelukan. Saya peluk sampai istri saya merasa cukup, saya usap air matanya yang berlinang sambil menahan air mata saya yang ingin berjatuhan. “Gapapa, kita masih bisa periksa lagi, bila memang belum rezeki kita masih punya waktu panjang untuk program kembali.“, semakin istri saya menangis. (Dalam hati: saya salah ngomong kah? Kenapa saya tidak cari template dulu ya). 😀
Tangisannya adalah ekspresi yang hanya bisa dipahami dengan perasaan. Perasaan yang dalam dan tulus bahwa ia sudah terlanjur sayang dengan janin yang ada di dalam rahimnya, serta tidak ada yang bisa menggugat perasaan itu.
Oh iya, hampir lupa. Saya saat itu cukur rambut botak, selain alasan treatment rambut, istri juga bilang kalau pengen liat gundul. Saya gundulin aja, yang pengen mungkin si debay. Wkwk
Prosesi pengguguran kandungan saya disamping dia, menemani ia dengan semua keadaan yang ia harus alami. Kontraksi, kelelahan dan tekanan mental yang dirasakan menjadi bukti ia teramat hebat di mata saya. Setelah operasi berlangung, kami beristirahat berdua di kamar khusus. Saya ajak ia membicarakan hal-hal random yang tidak membuatnya mengingat ia habis apa (Kebetulan juga efek bius masih tersisa). Ia terlihat mulai baik-baik saja saat itu, ia kembali tersenyum.
Pasca keguguran itu saya jadi lebih peduli dengan pola hidup, tidak begadang, membatasi diri dengan perokok, dsbnya. Dampaknya saya bisa hidup lebih sehat dan olahraga lebih rutin. 3 bulan setelah keguguran, saya dan istri kembali membicarakan tentang program kehamilan. Saya memberikan keleluasaan kepadanya sebagai pemilik rahim untuk memilih, ingin coba lagi ataupun tidak. Saya mah tinggal gas aja. Wkwk 😀
Kabar baiknya, kini istri saya terlambat haid. Kami belum yakin bahwa ini pertanda kehamilan lagi karena saat periksa ke rumah sakit sebelumnya, ukuran sel telur istri masih terlalu kecil untuk dibuahi tapi kalau melihat dari gelagat istri setelah beberapa hari itu persis seperti tanda-tanda kehamilan pertama. Disaat ini, Bismillah saja. Let’s God Do the Best and We Do the Rest.
Merencakan adalah bagian ikhtiar kami dalam memiliki anak, semua yang kami pelajari baik secara langsung maupun tidak kami gunakan sebagai referensi untuk menjadi calon ayah & ibu yang baik. Saat ini, kami dalam keadaan yang sangat baik-baik, perintilan kecilnya hanya karena kami jarang bertemu, istri kurang cek dan saya kurang cok. 😀
Alhamdulillahnya juga, rasanya keuangan kami makin membaik pasca peristiwa itu. Hikmahnya banyak yang kami rasakan dan kini saya pribadi merasakan bahwa merencanakan yang terbaik adalah bagian dari ikhtiat saya, Allah SWT akan tahu dan mengabulkan prasangka saya. Prasangka untuk menjadi seorang ayah. Saya tidak setuju dengan prasangka “Sudah, jalani saja“, dikasih iya dan nggak dikasi gapapa.
Apa saja yang kini saya lakukan?
Bismillah dan lakukan saja, saya minta maaf bila apa yang saya bagikan sebagai perencanaan tidak fit & proper dengan keadaan teman-teman diluaran sana. Bisa saja it’s too good to be true, namun yang saya usahakan adalah bagian dari komitmen dan alhamdulillah rezeki kami memang sedang membaik, saya juga dan istri berkerja. Sebelum ini pun kami sudah merencakan hal-hal yang kurang lebih sama, banyak yang mandek dan batal.
Terwujudnya pun di tahun ini seperti membuka tabungan rencana, 200rb perbulan didebit otomatis melalui rekening utama saya selama 15 tahun, uangnya tertabung, tidak kena pajak bahkan bertambah dengan adanya suku bunga deposito. Lalu, investasi dalam bentuk reksadana kami sudah niatkan untuk dilanjutkan, 500rb perbulan dengan model low-risk, peningkatan 2.5-6% perbulan. 200rb dan 500rb perbulan benar-benar kami paksakan, meski idealnya uang yang kita investasikan adalah uang yang nganggur, namun saya merasa tidak percaya diri bahwa akan ada uang yang nganggur di dompet saya, saya punya banyak teman, suka sosial, suka bepergian, dsbnya.
Bagi saya, kuncinya adalah lakukan sekarang atau tidak sama sekali.
Bagi yang sedang memperjuangkan yang terbaik menuju kelahiran si buah hati, selamat dan semoga lancar. Bagi yang sedang berjuang mendapatkan garis 2, semangat dan ikhtiar terbaik kita Allah SWT dengar, dan bagi yang sedang berjuang dalam memperbaiki perekonomian keluarga, doa yang terbaik untuk kalian dan jangan menyerah. “Allah SWT bersama hamba-hambaNya yang sabar.”
Boleh saranin baca tulisan saya yang sebelumnya kan? 😀
It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…
Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…
Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…
It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…
Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…
Rutinitas tersibuk kita adalah berbicara dan mendengarkan, hampir disetiap aspek kita membutuhkan keduanya sebagai cara…