Categories: FilosofiMentalTulisan

Procrastination: Membaca Isi Kepala Seorang Penunda

Di zaman ini, melakukan pekerjaan yang bertumpuk secara simultan tentu sangat tidak mudah. Rasa bosan dan penat merupakan bagian dari reaksi pikiran yang kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan setiap saat. Sebagian besar dari kita pasti pernah menunda-nunda pekerjaan, lalu melakukan pekerjaan itu disaat-saat injury time, ingatkan? Dan sebagian besar alasan kita akan menghakimi “MOOD” atas segala dasar kemalasan kita sesungguhnya.

😀 😀 Ketawa bentar. So, apakah benar begitu? Ternyata tidak juga. Rasa malas bukanlah pemicu dominan kenapa kita sering menunda pekerjaan namun ia punya dosis yang cukup kuat untuk membuat kita tidak akan menyentuh pekerjaan itu sama sekali.

By the way, saya sebenarnya menulis tulisan ini untuk menguji reaksi otak dengan eksperimen simple tentang bagaimana mengaktifkan yang sering kita sebut sebagai Mood Booster. Padahal bukan Mood Booster yang menjadi sumber daya kita bisa menyelesaikan sebuah dan beberapa task sekaligus. Namun, ada hal lain yang akan coba saya ulas secara ringkas.

Tentu, kita tidak ingin memiliki kebiasaan yang buruk: menunda pekerjaan. 😀 Aktivitas menunda dan menunda akan mengirim sinyal ke otak kita untuk membuat blueprint (cetakan) untuk Penundaan (Procrastinating), yang pada akhirnya secara irasional otak akan memberikan output yang sama dari setiap input yang diberikan dengan cetakan tersebut. Ya, sederhananya kita sebut sebagai “KEBIASAAN“.

Secara science, ternyata perbedaan isi kepala seorang penunda dan non-penunda itu nyatanya punya 2 mekanisme sistem yang berbeda. Berikut ini contoh isi pikiran seorang penunda dan non-penunda.

Kondisi Dalam Pikiran Seorang Penunda (Proscrastinator’s Brain)

Isi pikiran seorang penunda (Proscrastinator’s Brain)
Awalnya kita antusias untuk memulai pekerjaan
Kemudian ada Si Monkey datang untuk mengajak berkeliling: liat materi baru, apa yang viral dan lagu kesukaan
Si Monkey ikut pegang kendali, merubah rencana sebelumnya: ngajakin buka promo produk dan scroll photo di galeri
Ehh, baru sadar dah jam 2 padahal harus submit jam 4:30.

Didalamnya, disaat kondisi pikiran kita masih membaik. Terdapat seorang nahkoda dalam pikiran kita yang memberikan kita tujuan dan kendali untuk menyelesaikan semua aktivitas yang kita inginkan step by step. Nahkoda ini bernama Rational Decision-Maker yang merupakan kesadaran kita terhadap waktu, kerja dan tujuan. Tetapi, disaat kondisi yang tidak membaik maka akan ada pengacau yang bernama Instant Gratification Monkey, jadi Si Monkey ini yang seringkali lompat-lompat dipikiran kita, yang membuat fokus berantakkan. Disaat sadar kita ingin menulis sebuah artikel namun Si Monkey akan sangat senang membawa kita jalan-jalan dengan membuka Youtube, Tiktok, Whatsappan hingga ngantuk karena nonton film.

Ciri khas Si Monkey ini, dia absurd karena sedikitpun tidak punya memori dengan masa sebelumnya dan pengetahuan dengan apa yang ingin kesadaran kita kerjakan dan yang diketahuinya hanya Easy & Fun.

Mengetahui Setiap Persetujuan dan Konflik

Kadangkala, secara logical sense kita ingin melakukan hal-hal yang mudah dan menyenangkan. Kemudian kesadaran kita juga setuju melakukannya dan akhirnya kita diarahkan untuk melakukan kesenangan yang luar biasa. Namun di waktu lain, terjadi konflik antara Rational Decision Maker dan Instant Gratification Monkey yang menyebabkan kita pengen senang-senang tapi ingat kalau tanggung-jawab harus selesai dan disaat situasi genting ini, seringkali Si Monkey yang menang dan akhirnya kita menunda..

Dan ketika kita menunda, aktivitas easy dan fun yang terjadi sebenarnya tidak sebenarnya terjadi. Itu semua hanya membuat kesenangan SEMU. Setelahnya kita akan merasa bersalah, khawatir, bingung bahkan frustasi. Sebab waktu penundaan akan berdampak banyak terhadap kesehatan emosional kita.

Kondisi Dalam Pikiran Seorang Non-Penunda (Non-Proscrastinator’s Brain)

Kondisi terbalik didalam pikiran seorang Non-Penunda. Sangat normal, dimana kemudi tetap di Rational Decision-Maker. Rational Decision Maker akan membawa produktivitas dengan membawa informasi ke seluruh saraf dan membuat kesadaran untuk melakukan sesuatu saat ini juga. Ciri khas kendali penuh dari Rational Decision-Maker sebagai berikut:

  • Visualize the future (Memvisualisasi masa-depan)

  • See the big picture (Melihat konsep besar)

  • Make long-term plans (Membuat rencana panjang berkelanjutan)

Si Panic Monster – Mood Booster

Nah, seringkali terjadi disaat deadline sudah mendekat 1 hari atau bahkan setengah hari. Tiba-tiba seperti Super Hero kita bisa melakukan pekerjaan dengan cepat.

Hehe inilah aku si Panic Monster
Si Panic Monster – Mood Boster

Ini dia Si Panic Monster yang seringkali kita sebut sebagai Mood Booster. Si Panic Monster ini merupakan kesadaran baru yang terbentuk saat:

  • a deadline gets too close (saat deadline mendekat) , atau

  • there’s danger of public embarrassment (ada kekhawatiran atau respon sekitar).

Saat Si Panic Monster datang, Si Monkey akan lari dan meninggalkan kemudi pikiran pada Relational Decision-Maker.

Ketika Si Panic Monster Datang’

Jadi, Si Panic Monster ini punya peran baik banget buat kita. Hanya lemahnya Si Panic Monster harus di trigger dulu. Ntah itu oleh waktu mepet atau respon publik. Namun, di banyak kasus ada yang tidak mampu mengaktifkan Si Panic Monster nya lagi 🙁 yang akhirnya pikirannya tidak punya kendali untuk mengambil tindakan tertentu atau Relational Decision-Maker nya tidak lagi menjadi nahkoda.

Dua Tipe Penundaan

Ada 2 tipe dari penundaan:

  1. Procrastination on hard things with deadlines (Menunda hal-hal sulit dengan deadline)

  2. Procrastination on hard things without deadlines (Menunda hal-hal sulit tanpa deadline sama sekali)

Penundaan pertama, kita naturalnya setuju dengan “EFEK” dari penundaan untuk waktu singkat karena ada Si Panic Monster yang akan terbangun saat deadline mendekat. Tipe kedua, ini yang bahaya karena tidak ada deadline, tidak ada target. Sehingga Si Panic Monster tidak terbangun dan itu awal mula untuk penundaan yang selamanya. Paling buruknya, tipe kedua ini sering tidak ter “ANGGAP” atau tersadari karena ia akan merasa begitu tenang, santai dan tersembunyi. Pada akhirnya rasa menyesal dan ketidak bahagiaan yang berkepanjangan.

So, itu dia yaa. Hahaa, ternyata kalau kamu masih suka main sedangkan targetmu besok. Hati-hati, sebelum kamu menyesal dikemudian hari. 😀

Harry Sunaryo

An IT Enthusiast. Founder Sanggar IT Lombok, Agromina.id. System Analyst. Programmer. Writer on Lombokit.com.

Recent Posts

Merencanakan yang Terbaik untuk Anak..

Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…

8 months ago

Journey: Being Father is My Dream ✨

It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…

1 year ago

Seperti Cerita Kekaisaran Mongol..

Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…

2 years ago

The Chosen: Sang Manusia-Manusia Terpilih..

Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…

2 years ago

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…

2 years ago

Siapa Orang ini? Yang Menginspirasi Siapa Saja..

Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…

2 years ago