Categories: TeknologiTulisan

Guru 4.0

Era Revolusi Industri 4.0 adalah era serba teknologi dan automasi. Perubahan yang signifikan terjadi di banyak bidang. Diantaranya, dalam kehidupan sehari-hari, berbelanja dapat di lakukan hanya melalui smartphone tanpa perlu keluar dari kamar sekalipun. Perusahaan-perusahaan besar lahir dengan inovasi produksi yang modern dengan kemampuan produksi skala masif dan dalam waktu singkat yang hanya melalui kendali komputer. Kemudian teknologi semakin menampakkan perannya sebagai the point of new change, di dunia medis teknologi sudah dapat mengambil alih sebagian peran perawat dan dokter dalam mendiagnosa dan mengobati pasien, di perkantoran sudah ada alat pemindai yang cerdas dan mampu mengenali objek yang bergerak dan itu dapat menggantikan fungsi seorang satpam. Hingga, dunia pendidikan kini sudah sangat canggih dimana pembelajaran dapat di lakukan tanpa pertemuan langsung dan duduk di kelas. Media-media interaktif lebih dapat mencuri perhatian dan minat anak hingga robot-robot humanis di ciptakan untuk menggantikan seorang pengajar.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir sudah begitu banyak perubahan yang terjadi di segala sektor dengan derasnya arus perubahan di era yang transformatif ini.

Pendidikan yang merupakan sektor yang penting sebagai penunjang keberlangsungan hidup suatu bangsa pun ikut terancam bila tidak bisa menyusaikan dengan perubahan.

Infrastruktur pendidikan yang di bangun ternyata tidak sepenuhnya efektif dalam memantik minat anak untuk lebih semangat dan tertarik dalam menerima materi-materinya. Di sisi lain, tergerusnya moralitas anak dengan distraction teknologi yang menyebabkan anak menjadi candu menggunakan gadget yang tentu bahaya di seusianya bila tanpa pengawasan baik.

Negatif Konten yang tersebar luas tanpa filtering dapat saja menjadi komsumsi anak-anak sewaktu memainkan ponselnya. Tidak hanya itu, terkurasnya waktu ibadah, belajar dan bersosial akibat ponsel-ponsel yang sulit di lepaskan oleh anak-anak dari tangannya. Hingga kepekaan, daya pikir, responsibility terhadap dunia luar semakin rapuh dengan kehidupan dan kecerian baru anak-anak di dunia maya.

Era ini pula menjadi era disrupsi dimana perubahan yang cepat dapat merubah banyak aspek hingga cara manusia berinteraksi dengan lainnya. Era yang bisa saja menjadi era pembodohan terhadap penerus bangsa, era yang dengan mudah dapat memecah belah toleransi dan kerukunan masyarakat dan era yang dapat memutar balikkan semua, putih jadi hitam dan hitam jadi putih.

Melalui pemahaman penulis mengenai perkembangan era ini, yaitu era Revolusi Industri 4.0 yang memberikan banyak keuntungan sekaligus kebuntungan untuk suatu bangsa bila tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Era yang dapat melahirkan anak-anak muda sukses dengan usahanya, era yang dapat menghasilkan alat-alat canggih untuk semakin memudahkan pekerjaan manusia dan era yang lengkap dengan akses dan resource nya.

Menyelamatkan anak-anak muda penerus bangsa merupakan tujuan dan mimpi setiap bangsa untuk memastikan investasi bangsanya yang lebih baik. Kekurangan dan kelemahan yang di bawa dalam era ini tentu tidak semata-mata dapat di tolak hanya dengan kemarahan. Perlunya ada langkah dan gerakan yang lebih rill, adaptif dan kolaboratif dalam memperbaiki persoalan.

Terlebih di dunia pendidikan yang menjadi dunia tumbuh dan kembangnya anak yang dimana pemerintah sangat menaruh harapan besar dalam menciptakan anak-anak muda unggul dan siap membawa perubahan besar untuk bangsa.

Dalam persoalan yang cukup komplek, melihat pendidikan sekarang semakin memperihatinkan. Rasa hormat seorang murid yang rendah terhadap guru / pengajarnya, makin rendahnya minat belajar hingga banyak anak putus sekolah, ketidak puasan anak didik dengan materi yang ada. Pemberitaan buruk tentang siswa didik dimana-mana terjadi, mulai dari kasus ketidaksopanan terhadap guru, bullying, pelecehan, pembodohan anak didik oleh media dan aplikasi hingga ketidak takutan lagi yang di tunjukkan anak-anak didik melalui media-media digital seolah mempresentasikan jelas kebobrokan era yang menjatuhkan moralitas anak-anak muda.

Berdasarkan data persebaran pengguna internet, lebih dari setengah warga Indonesia sudah mengakses internet. Artinya lebih dari 200 juta masyarakat Indonesia sudah dapat melihat dan menikmati konten-konten yang ada di Internet. Permasalahan serius terjadi bahwa ada jutaan banyak konten-konten yang tidak baik untuk anak-anak muda. Ntah itu, pornografi, situs-situs pembodohan, media sosial dan sebagainya.

Dalam merancang dunia internet yang lebih pantas atau internet positif untuk masyarakat khususnya anak muda, sekali lagi memang perlunya ada kebijakan-kebijakan yang membatasi tingkah laku anak dalam berinternet. Selain itu, edukasi personal untuk setiap anak agar dapat menjadi proteksi bagi dirinya dalam menggunakan suatu media.

Peranan seorang pendidik, peranan seorang pendidikan menjadi hal krusial yang menopang pertumbuhan dan daya sadar anak dengan memberikan pemahaman dan pembelajaran yang penting untuknya dalam era ini. Guru harus lebih sensitif juga dalam memahami perkembangan anak-anak didiknya.

Terlebih lagi yang menjadi cikal bakal keberhasilan metode pengajarannya adalah guru juga harus inovatif dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan era.

Guru 4.0 , sebuah istilah yang saya dapat sesaat seorang guru dengan inisiatif sendiri berdiskusi dan merasa perlu untuk dirinya menyesuaikan cara mengajarnya dengan perkembangan zaman. Kehendaknya untuk menyampaikan pelajaran dengan baik dan mudah di serap oleh anak didik membuatnya ingin belajar metode dan teknik baru dalam penyampaian materi pembelajaran yang berbasis teknologi. Memberikan materi pembelajaran dengan cara yang interaktif dan mengesankan. Menelaah juga tuntutan di era ini adalah mengedepankan kemampuan soft di banding dengan hard. Softskill seperti analisa, critical thinking, problem solving dan empatis.

Era Revolusi Industri 4.0 bukanlah era yang perlu di takutkan, ibarat berjalan di sungai , semakin jauh melangkah maka arus akan semakin deras. Perkembangan seumpama arus yang akan selalu mengalir. Yang perlu di persiapkan adalah mental, kemampuan adaptasi dan lengkapnya adalah softskill dan hardskill.

Kita baca peluang yang ada di Era ini, jika kita mampu memahaminya dengan baik. Maka keberhasilan sudah mampu untuk kita genggam.

Survive in the era of industrial revolution 4.0.

Harry Sunaryo

An IT Enthusiast. Founder Sanggar IT Lombok, Agromina.id. System Analyst. Programmer. Writer on Lombokit.com.

Recent Posts

Merencanakan yang Terbaik untuk Anak..

Setelah menikah, mimpi yang di idam-idamkan adalah hadirnya seorang anak dan kita mengerti bahwa anak…

8 months ago

Journey: Being Father is My Dream ✨

It's been long time, senang bisa menyapa semuanya, siapa-saja, bahkan yang hanya buka blog ini…

12 months ago

Seperti Cerita Kekaisaran Mongol..

Niki sato tumindi-tumindian masarakat babagan Kekaisaran Mongol sing diwreprésèntasikaké ing pangelingan duwé dua anak mudang…

2 years ago

The Chosen: Sang Manusia-Manusia Terpilih..

Spritual Awakening, ialah state baru disaat seseorang yang baru saja tlah melewati masa-masa terendah dalam…

2 years ago

Ayah, Aku Mau Klarifikasi..

It's been ages since you are not here. I never know how to solve my…

2 years ago

Siapa Orang ini? Yang Menginspirasi Siapa Saja..

Nyatanya, saya tidak butuh banyak waktu untuk terinspirasi. Saya tidak tahu tentang dia sebelumnya bahkan…

2 years ago